Rabu, 28 Agustus 2013

BUDIDAYA PANILI

A.     BOTANI
1.      Sistematika dan Jenis
Tanaman panili yang merupakan jenis komoditas perkebunan bernilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek yang cukup cerah sebagai sumber penghasil devisa negara disektor non minyak dan gas, adalah salah satu jenis tanaman anggrek yang termasuk famili Orchidaceae dari genus Vanila yang berumah satu atau Monoceus. Klasifikasinya secara sistematik menurut purseglove adalah sebagai berikut :
Devisi               : Spermatophyta
Sub Devisi        : Angiospermae
Klas                 : Orchidales
Famili               : Orchidaceae
Genus               : Vanila
Species            : Vanila planifolia
Tanaman panili mempunyai banyak species atau jenis, kurang lebih 50, tetapi yang umum dikenal dan mempunyai nilai ekonomis ada 3 species yaitu : Vanila tatitensis, Vanila pompana dan vanila planifolia.

a.      Vanila pompana , Schiede
Panili jenis ini bentuknya hampir menyerupai Vanili planifolia, hanya saja daun dan bunganya lebih besar, berwarna hijau kemuning – kuningan dan lebih lunak. Ukuran daunnya kira – kira 15 sampai 30 cm panjangnya dan 5 sampai 12 cm lebarnya.
Panili ini ditemui tumbuh liar di Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, dan Antiles Kecil.
2.      Bagian – bagian Tanaman
  1. Akar
Akar tanaman panili mempunyai keunikan tersendiribila dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman ini mempunyai 2 macam akar yang akan keluar dari setiap ruas batang, pertama yang biasa disebut dengan akar gantung dan kedua adalah akar yang tersusun didalam tanah.
Disebut akar gantung, karena jenis akar ini selalu melekat kuat pada tempat rambatannya dan bergantungan diudara. Akar ini selama tidak menyentuh sesuatu, akan tumbuh kesamping. Baru jika memyentuh sesuatu akan membelitkan diri untuk berpegangan. Akar gantung ini dapat berfungsi untuk menyerap zat – zat mineral yang melekat padanya dalam bentuk debu yang halus. Apabila akar gantung ini mencapai permukaan tanah, maka akar tersebut dapat berfungsi sebagai kar yang membantu pengambilan zat – zat makanan dari dalam tanah. Akar ini berwarna keputih – putihan dengan diameter kurang dari 2 mm, dan tumbuh sehelai ditempat yang berlawanan dengan daun didekatnya.
Akar jenis kedua , yaitu akar yang tersusun didalam tanah. Ciri – cirinya adalah merupakan perakaran pendek dengan panjangnya kurang lebih 1 meter dan tebalnya kurang lebih 3 mm, berwarna keputih – putihan mempunyai bulu – bulu akar untuk menghisap zat – zat makanan dari dalam tanah, dan merupakan akar serabut yang menjadi salah satu ciri bahwa tanaman panili termasuk golongan tumbuhan monokotil atau berkeping satu. Akar – akar tersebut tumbuh menjalar dilapisan permukaan, jadi tidak menghujam kedalaman tanah, oleh karena itu disebut semi – terrestial ( lihat kembali Bab I ).
  1. Batang
Tanaman panili mempunyai batang yang berbentuk silinder, beruas – ruas dan berbuku, dengan panjang ruas 5 sampai 15 cm dan berdiameter 1 sampai 2 cm, berbatabg gemuk, bersifat succulent atau berair, agak lunak dan berwarna hijau, serta tumbuh melekat pada pohon dengan kecenderungan selalu merambat tegak keatas atau sepanjang penunjangnya, kecuali bila ujungnya dipangkas akan membentuk cabang baru. Batang ini dapat mencapai panjang hingga 100m, apabila pucuk batang pokok terputus, maka cabang baru bagian ruas atas dapat berfungsi sebagai batang pokok.
c. Daun
Tamaman pinili berdaun tunggal, pipih, berdaging, dan berbentuk oblong – elliptis hingga langset, dengan ujung lancip dan pangkalnya agak bundar. Daunnya berwarna hijau tua, besar, datar serta liat, dengan panjang 10 sampai 22,5 cm dan lebar 5 sampai 7 cm. Pada waktu daun masih muda, tulang daun tidak jelas, dan nanti tampak jelas daun menguning atau pada saat daun sudah tua.
Daun tanaman panili tumbuh berselang – seling pada batang dan memalut batang dengan sususan tulang – tulang daun sejajar seperti kebanyakan pada tanaman monokotil lainnya.
Menurut Prawohho ( 1971 ), daun ini apabila terluka akan mengeluarkan getah atau cairan putih ( calium oksalat ) yang dapat digunakan sebagai penggnti Jodium dan Mercurocrom untuk mengobati luka baru. Caranya adalah dengan memulaskan getah panili tersebut iasatas luka yang sebelumnya telah dibersihkan dengan kapas, dan kemudian dibalut dengan perban yang bersih, agar tidak kena kotoran.
  1. Bunga
Bunga tanaman panili tersusun dalam suatu karangan atau rangkaian berbentuk tandan yang terdiri dari 15 sampai 20 kuntuk bunga per tangkai, dengan panjang tangklai 5 sampai 10 cm dan panjang bunga 3,75 sampai 5 cm. dari tiap batang dapat keluar 5 tandan bunga atau lebih.

Bentuk bunga kelihatan seperti terompet ,berwarna putih kehijau – hijauan, dan keluar dari ketiak daun ( tunas ketiak ) pada bagaian atas dari batang. Tiap – tiap kuntum bunga terdiri dari 6 helai daun tajuk yang masing – masing terlepas satu sama lain ; bakal buah beruang tiga, terletak dibawah dasar bunga sehingga menyerupai tangkai bunga ( tangkai semu ); putik dan kepala sari tersebut terdapat semacam bibir disebut labelum yang dapat menghalangi penyerbukan secara alami.
  1. Buah
Buah panili termasuk buah polong yang lunak, bergaris – garis,berdaging, bersiku tiga dan lurus memanjang, dengan panjang kurang lebih 12 – 25 cm dan tebal 12 – 14 mm
Buah ini apabila masih muda berwarna hijau dan setalah masak akan berwarna agak kekuning – kuningan dan lambat laun menjadi cokelat tua. Jika buah ini sudah lewat masak akan terbelah menjadi 2 bagian dan mengeluarkan aroma khas panili yang sangat menarik dan mengesankan.
Buah – buah ini akan pecah menurut arah memanjang, dan didalamnya akan kelihatan biji – biji kecil berwarna hitam kecokelat – cokelatan dengan ukuran sebesar 0,2 mm, berjumlah sangat banyak, berkulit biji agak keras dan sedikit mengandung cadangan makanan.

B.     SYARAT TUMBUH
1.      Iklim
Dalam dunia tumbuh – tumbuhan faktor iklim sangat menentukkan pertumbuhan, perkembangan dan produk akhir ( buah ) dari suatu jenis tanaman, termasuk tanaman panili.
Berbicara tentang iklim sebenarnya sangat kompleks, karena akan menyangkut banyak masalah seperti penyinaran matahari, temperatur ( suhu ), kelembaban udara, curah hujan ,curah hujan, dan angin yang kesemuanya itu saling mempengaruhi satu sama lain.
Kondisi pertumbuhan tanaman panili sangat baik didaerah – daerah antara 200 LU dan 200 LS, dari dataran rendah sampai 700m diatas permukaan laut.
Tanaman panili tidak menyukai cahaya matahari yang jatuh secara langsung, karena dapat menyebabkan daun tanaman berwarna kuning dan lemah. Oleh karena itu dibutuhkan pohon pelindung untuk pertumbuhannya. Tetapi sebaiknya, keadaan yang terlalu teduh juga akan mengakibatkan batang dan daun menjadi tipis, pembungaan dan pembuahannya berkurang. Di samping itu tanaman juga akan mudah terserang patogen. Itulah sebabnya perlu diadakan pemangkasan pohon pelindung, sehingga dapat diperkirakan bahwa kebutuhan tanaman panili akan cahaya matahari sekitar 30 sampai 50 persen dari cahaya penuh. Matahari ini merupakan sumber energi utama bagi tanaman panili.
Temperatur yang dikehendaki tanaman panili untuk pertumbuhannya adalah antara 90 C – 380 C, sedangkan temperatur optimalnya 200 C .  Dengan demikian temperatur tidak boleh naik lebih dari 380 C, sedangkan tempetarur dibawah 90 C sangat fatal bagi tanaman tersebut. Faktor temperatur ini harus diperhatikan , karena proses – proses fisik dan kimiawi dikendalikan oleh suhu, kemudian proses – proses ini akan mengendalikan reaksi biologi.
Kelembaban udara juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman panili. Kelembaban yang cocok untuk tanaman panili rata – rata 80% ( sekitar 60% - 80% ), sedangkan untuk keperluan masaknya buah diperlukan kelembaban 75%. Apabila saat tersebut masih banyak hujan dan keadaan terlalu lembab, maka akan menghasilkan buah panili yang mutunya baik, dimana aromanya akan berkurang. Kelembaban ini dapat diukur dengan higrometer dan psychometer. Kelembaban yang rendah dapat mengakibatkan penguapan air tinggi, sehingga perlu dilakukan penyiraman tanaman.
Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman dan pembentukkan buah panili adalah apabila terbagi rata selama 8 sampai 10 bulan dalam 1 tahun, dengan tipe curah hujan optimal 2000 sampai 3000 mm pertahun.

2.      Tanah
Tanah bagi panili adalah lapisan atas bumi yang terdiri dari bahan – bahan padat, air, udara, dan jasad – jasad hidup secara bersamaan berfungsi sebagai medium pertumbuhnnya.


Tipe tanah yang dikehendaki oleh tanaman panili adalah tipe tanah lempung berpasir ( sandy loam ) dan lempung berpasir berkerikil ( gravelly sandy loam ). Tanah yang terbaik adalah tanah yang berasal dari batuan induk batu kapur dengan pH 6 – 7 . menurut Tjahjadi ( 1987 ), pH yang dikehendaki tanaman panili berkisar antara 5,5 sampai 7,1 dengan pH optimal 6. Pada pH 5,0 sampai 5,5 sering timbul masalah , yaitu busuk batang.


PERSIAPAN LAHAN

A.           PERSIAPAN LAHAN
Lahan atau areal yang akan digunakan untuk menanam panili terlebih dahulu harus dipersiapkan. Penyiapan dapat dilakukan dengan cara pembersihan areal penanaman dari pohon – pohon, semak belukar dan tumbuh – tumbuhan penggangu lainnya. Kemudian  dilanjutkan dengan pengolahan tanah. Tanah dicangkul atau dibajak sampai gembur dengan rumput – rumputan yang masih ada dibersihkan. Kemudian dibuat bedengan selebar 120 cm dan diantara bedengan yang satu dengan lainnya dibuat selokan 30 cm dengan kedalaman 40 cm , yang digunakan untuk irigasi dan pengaturan air. Bedengan ini sebaiknya diusahakan membujur kearah timur , agar sinar matahari banyak \diterima oleh tanaman panili.
Pada masing – masing bedengan tersebut, terutama pada bagian tengahnya dibuat lubang untuk pohon pelindung dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm, dan jarak antara lubang satu dengan lubang yang lain berdasarkan titik tengahnya pada sat bedengan adalah 1, 5 meter ( 150 cm ).
Pada waktu pembuatan lubang sebaiknya galian tanah bagian atas ( top soil ) dan galian tanah bagian bawah dan tanah yang berasal bagian bawah dikembalikan ke atas. Sebelum pengembalian tanah galian pada lubang, sebaiknya tanah galian tersebut dicampur dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak kurang lebih 10 -20 kg per lubang, dan ini diberikan bersamaan dengan memasukkan tanah kedalam lubang tadi.
B.           PENANAMAN POHON PELINDUNG

Kelembaban udara yang tinggi akan mendorong pertumbuhan jamur yang merupakan penyebab penyakit pada tanaman panili. Begitu juga sebaiknya, jarak tanam yang terlalu besar akan memperkecil populasi tanaman per satuan luas dan menambah intensitas cahaya yang diterima tanaman panili maupun rumput – rumputan, sehingga kompetisi dengan rumput – rumputan meningkat dan tanaman panili daunnya akan menjadi kekuning – kuningan seperti gejala terbakar.
 Menurut David ( 1950 ) dalam Tjahjadi ( 1987 ), pohon yang dapat digunakan sebagai pohon pelindung / penegak ada sekitar 17 jenis pohon yaitu :
1)            Plumiera acutifolia, Poir ( famili Apocynaceae ).
2)            Spathodea campanulata, Beauv ( famili Bignoniaceae )
3)            Ceiba pentandra, ( L ) Gaertn ( famili Bombacaceae ) ( kapuk )
4)            Cordia dichotomo, Fors. f .( famili Boraginaceae ) ( Anona )
5)            Canarium luzonicum, ( Blume ) A . Gray ( famili Burseraceae ).
6)            Jatropha Curcas, Linn ( famili Euphor biasceae )
7)            Aleurotes trisperma, Blanco ( famili Euphorbiaceae )
8)            Hevea brasiliensis, ( HBK ) Muel, Arg. ( famili Euphorbiaceae ) karet
9)            Calophyllum inophyllum , Linn ( famili Guttiferae )
10)        Cinnamomun mercadoi, Vidal ( famili Lauraceae )
11)        Cliricidia sepium, ( Jacq ) Steud ( famili Leguminoceae )
12)        Leucaena glauca, ( L ) Benth ( famili Leguminoceae ) ( Lantoro )
13)        Erythrina variegata , L. var. Orientalis ( L ) Merr. (famili Leguminoceae ) ( Dadap )
14)        Caesalpinia coriaria, Willd ( famili Leguminoceae ).
15)        Strychoos nuxvomica, Linn ( famili Leguminoceae ).
16)        Elaies quineensis, Jacg ( famili Palmae )
17)        Theobroma cacao, Linn ( famili Sterculiaceae ) ( cokelat ).

Tetapi dari sekian banyak jenis pohon pelindung / panjatan yang  telah disebut diatas, sampai saat iniyang paling populer adalah Glyricidia maculata, lamtoro dan dadap.
 
C.           PENGADAAN BIBIT
Dalam usaha dan pengembangan tanaman, bibit merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan pertanaman dilapangan. Bibit yang unggul dan berkualitas baik akan lebih menjamin keberhasilan usaha yang dilakukan, tetapi perlu didukung juga oleh penguasaan dan penerapan teknik budidaya yang tepat untuk mendapatkan hasil yang secara kuantitas dan kualitas dapat dipertanggung jawabkan.
Khusus untuk tanaman panili, bibit dapat diperolah dengan melakukan penyetekan. Yang dimaksud dengan penyetekan disini adalah perlakuan pemisahan atau pemotongan bagian tanaman , yang pada tanaman panili diambil dari batangnya, agar bagian tanaman tersebut dapat membentuk akar menjadi generasi baru. Pada umumnya tanaman panili dikembangbiakan secara vegetatif yakni  dengan stek.dapat juga dikembangkan dengan generatif yaitu dengan biji. Tetapi lebih sulit dan lebih lama dilakukan, karena bijinya sangat kecil,, berkulit keras, dan sedikit mengandung cadangan makanan.
Perkembangbiakan secara vegetatif banyak dilakukan oleh para paetani panili karena berbagai alasan, yaitu :
1.      Cara ini sangat sederhana dan tidak memerlukan teknik – teknik tertentu.
2.      Tanaman yang lebih kuat , sehat dan berkembang dan penuh  dapat diperoleh dalam waktu yang lebih pendek dengan cara reproduksi vegetatif, yaitu dengan stek, daripada dengan cara reproduksi generatif, yaitu dengan biji.
3.      Dapat diperoleh tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu yang relatif singkat.
4.      Dapat dipertahankan ciri – ciri tanaman yang serupa dengan induknya ( apabila dengan biji sukar diperoleh )
5.      Pertumbuhan tanaman relatif lebih seragam.
6.      Dapat mempersingkat masa non produksi tanaman 1 sampai 2 tahun lebih cepat menghasilkan bila dibandingkan dengan perbanyakan secara generatif.
Dalam perkembangbiakan secara vegetatif, penyetekan tanaman panili untuk mendapatkan bibit  ( stek) yang baik adalah yang berasal dari tanaman yang sehat dan pertumbuhannya kuat, mempunyai ruas – ruas yang tidak terlalu panjang, dan sebaiknya dambil dari bagian pucuk batang – bagian ini selnya masih muda, sehingga pertumbuhan tunasnya akan lebih baik. Tetapi apabila kita mengambil kebagian pangkal batang, selnya semakin tua, sehingga pada bagian  ini tunas akar sukar berkembang. Jadi sebelum tunas berkembang, mungkin stek sudah mati akibat serangan penyakit.
Tanaman panili yang sudah pernah berbunga atau berbuah tidak baik dijadikan stek bibit, karena daya tumbuhnya akan menjadi lemah, sehingga mudah terserang penyakit. Karena pada saat pembungaan terjadi pengurasan cadangan makanan dalam batang untuk menunjang pertumbuhan bunga dan buah. Akan tetapi kalau kemudian  bibit tersebut bisa tumbuh terus, fase pembuangaannya akan tertunda, namun penyebab tertundanya waktu pembungannya ini tidak semata – mata faktor diatas.
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu ; pemangkasan, dilakukan terhadap 3 ruas termuda dari pucuk, kemudian sulur-sulur yang pucuknya telah dipangkas dipotong-potong menjadi stek satu buku. Selanjutnya stek disemaikan secara serentak dan ditumbuhkan sampai berakar pada bak dengan medium pasir dan pada bagian atasnya ditambahkan potongan sabut kelapa.
D.          TEKNIS PENANAMAN
Pada waktu penanaman stek bibit, daun yang terdapat pada 3 ruas (buku) stek bibit yang akan dibenamkan dalam tanah dikeluarkan atau dibuang, untuk menghindari terjadinya pembusukan luka-luka stek akibat dari pemotongan / pembuangan. Lubang tanaman ditutup dengan tanah galian yang sebelumnya telah dicampur dengan pupuk kandang yang sudah benar-benar matang. Dan kemudian ditekan sedikit dengan gathul.  Jangan sampai ditekan, baik dengan kaki maupun dengan tangan, karena dapat merusak stek bibit.
Disamping itu tanah disekitar stek tidak boleh menjadi kering, oleh karena itu perlu ditutup dengan daun-daun atau jerami dan jika perlu disiram, kemudian stek bibit bagian atas yang tidak terbenam dalam tanah diikat pada pohon panjatan, dan pada waktu mengikatnya jangan sampai terlalu kuat, karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman panili.
Dalam penanaman stek bibit tanaman panili, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu waktu penanaman dan keadaan dari stek bibit itu sendiri.
Waktu penanaman stek dilakukan pada musim hujan, sebelum hujan dengan hebat. Apabila penanaman dilakukan setelah hujan turun dengan lebat, seringkali stek bibit akan mengalami pembusukan akibat kandungan air yang terdapat didalam tanah terlalu banyak. Stek bibit yang ditanam pada awal musim hujan tidak memerlukan penyiraman, tetapi apabila hujan datang tersendat – sendat perlu juga disiram.
Keadaan stek bibit yang ditanam sebaiknya dibiarkan atau dilayukan terlebih dahulu selama 2 – 3 hari, bahkan dapat dilayukan  selama kurang lebih 12 -15 hari, atau, dapat juga pangkal stek bibit dicelupkan kedalam larutan kapur yang cepat kering dan keras, untuk menghindari pembusukan.
Penanaman stek bibit yang berlangsung, dalam hal ini tanpa melalui proses perlakuan diatas , maka akan membawa resiko yakni besarnya persentase stek yang mati , sehingga tejadi ketidak seragaman pertumbuhan, dan yang lebih fatal lagi akan memperbesar kegagalan dalam usaha budidaya tanaman panili. Matinya stek bibit tersebut kemungkinan besar karena luka pangkasan belum sembuh benar ( kering ), sehingga patogen mudah masuk dan melakukan aktivitasnya.
 
DAFTAR PUSAKA
Misran Lawani, penerbit kanisus.

Tidak ada komentar: